Kota Medan, yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan dan bisnis di Sumatera Utara, kerap kali dihadapkan pada tantangan citra buruk akibat aksi premanisme. Untuk mengatasi masalah ini, Polrestabes Medan di bawah kepemimpinan Kapolrestabes Kombes Pol Gidion Arif Setyawan melancarkan razia besar-besaran bertajuk Operasi Khusus (Opsus) Kewilayahan Anti Premanisme. Operasi ini melibatkan ratusan personel gabungan dari Polri, TNI, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan, dengan tujuan membersihkan kota dari aksi-aksi kriminal yang meresahkan masyarakat.
Razia ini digelar di berbagai titik strategis di wilayah hukum Polrestabes Medan, termasuk kawasan yang dikenal rawan kejahatan jalanan seperti pungutan liar (pungli), pemerasan, dan tindakan kekerasan oleh preman. Kombes Gidion menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam melihat Medan dicap sebagai "kota preman". Operasi ini, menurutnya, adalah bagian dari komitmen kepolisian untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi warga, sekaligus mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum.
Dalam pelaksanaan operasi, petugas melakukan patroli intensif di pasar-pasar tradisional, terminal, dan pusat keramaian lainnya yang sering menjadi sasaran aksi premanisme. Beberapa pelaku yang kedapatan melakukan pungli atau mengganggu ketertiban umum langsung diamankan untuk diproses lebih lanjut. Selain penindakan, Polrestabes Medan juga mengedepankan pendekatan preventif dengan mengimbau masyarakat untuk melaporkan segala bentuk tindakan kriminal yang mereka temui. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi warga dalam menjaga keamanan kota.
Kombes Gidion, yang memiliki pengalaman panjang di bidang reserse dan pernah berhasil mengungkap kasus besar seperti peredaran narkoba, menegaskan bahwa operasi ini bukan sekadar aksi seremonial. Ia memastikan bahwa razia akan dilakukan secara berkelanjutan, dengan fokus pada wilayah-wilayah yang dianggap rawan. "Kami ingin masyarakat merasa aman beraktivitas, baik di pasar, di jalan, maupun di tempat umum lainnya. Tidak ada ruang bagi preman untuk mengganggu ketertiban di Medan," ujarnya.
Upaya Polrestabes Medan ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Tokoh masyarakat dan pedagang di pasar tradisional mengapresiasi langkah tegas kepolisian, meskipun mereka berharap operasi ini tidak hanya bersifat sementara. Beberapa warga juga menyampaikan bahwa kehadiran petugas di lapangan memberikan rasa aman, terutama bagi mereka yang sering menjadi sasaran pemerasan oleh oknum preman.
Selain razia, Polrestabes Medan juga membentuk Satgas Tawon, sebuah tim khusus untuk mengantisipasi kejahatan jalanan seperti begal dan geng motor. Tim ini dilengkapi dengan peralatan dan strategi patroli yang dirancang untuk merespons cepat setiap laporan gangguan keamanan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa kepolisian tidak hanya berfokus pada penindakan, tetapi juga pada pencegahan jangka panjang.
Medan, sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, memiliki dinamika sosial yang kompleks. Aksi premanisme yang berkedok organisasi masyarakat atau kelompok tertentu sering kali menjadi momok bagi warga. Dengan adanya operasi ini, diharapkan citra Medan sebagai kota yang ramah dan aman dapat terwujud. Kombes Gidion menegaskan bahwa keberhasilan operasi ini bergantung pada kerja sama antara aparat keamanan dan masyarakat. "Mari bersama-sama menjaga Medan agar menjadi kota yang kita banggakan," tutupnya.