5 Alasan Mengapa Bayi Sering Memuntahkan ASI dan Cara Mengatasinya

5 Alasan Mengapa Bayi Sering Memuntahkan ASI dan Cara Mengatasinya

Bagi para ibu menyusui, melihat bayi memuntahkan ASI setelah menyusu bisa menjadi pengalaman yang mengkhawatirkan. Fenomena ini, yang sering disebut sebagai gumoh, sebenarnya cukup umum terjadi pada bayi, terutama di bulan-bulan pertama kehidupan mereka. Namun, apa sebenarnya penyebab bayi sering memuntahkan ASI, dan bagaimana cara mengatasinya agar ibu dan bayi tetap nyaman? Berikut adalah lima alasan utama mengapa bayi sering memuntahkan ASI, lengkap dengan tips praktis untuk mengelolanya.

1. Sistem Pencernaan Bayi Belum Matang
Pada bayi baru lahir, sistem pencernaan mereka masih dalam tahap perkembangan. Katup antara lambung dan kerongkongan (sfingter esofagus) belum bekerja secara optimal, sehingga ASI atau susu formula mudah kembali ke atas. Ini adalah penyebab paling umum dari gumoh, dan biasanya akan berkurang seiring bertambahnya usia bayi, terutama setelah mereka mencapai usia 6-12 bulan.

2. Menyusu Terlalu Banyak atau Terlalu Cepat
Bayi yang menyusu dalam jumlah besar atau terlalu cepat cenderung memuntahkan sebagian ASI. Hal ini terjadi karena lambung bayi yang masih kecil belum mampu menampung volume ASI yang berlebihan. Selain itu, menyusu dengan posisi yang kurang tepat juga bisa menyebabkan bayi menelan udara, yang memicu gumoh.

3. Alergi atau Sensitivitas terhadap Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui dapat memengaruhi ASI, dan beberapa bayi mungkin memiliki sensitivitas terhadap komponen tertentu, seperti protein susu sapi atau kafein. Sensitivitas ini bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran pencernaan bayi, yang terkadang memicu gumoh berlebihan.

4. Refluks Asam Lambung (GERD)
Beberapa bayi mengalami gastroesophageal reflux disease (GERD), kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan iritasi dan gumoh yang lebih sering. Tanda-tanda GERD pada bayi termasuk rewel setelah menyusu, gumoh dalam jumlah besar, atau kesulitan tidur. Jika dicurigai GERD, konsultasi dengan dokter anak sangat disarankan.

5. Posisi Tidur atau Aktivitas Setelah Menyusu
Posisi tidur yang salah atau aktivitas berlebihan seperti mengguncang bayi setelah menyusu dapat memicu gumoh. Bayi yang langsung dibaringkan secara horizontal setelah menyusu lebih rentan memuntahkan ASI karena gravitasi tidak membantu menjaga ASI tetap di lambung.

Cara Mengatasi Bayi yang Sering Memuntahkan ASI
Meskipun gumoh adalah hal yang wajar, ada beberapa langkah yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi frekuensi dan ketidaknyamanan akibat gumoh:

  • Menyusui dalam Porsi Kecil dan Sering: Berikan ASI dalam jumlah yang lebih kecil tetapi lebih sering untuk mencegah lambung bayi terlalu penuh.
  • Posisi Menyusui yang Tepat: Pastikan kepala bayi lebih tinggi dari tubuhnya saat menyusu untuk membantu ASI mengalir ke lambung dengan baik.
  • Bersendawa Secara Rutin: Bantu bayi bersendawa setiap beberapa menit selama menyusu untuk mengeluarkan udara yang tertelan.
  • Hindari Aktivitas Berlebihan: Setelah menyusu, hindari mengguncang atau mengayun bayi terlalu keras. Biarkan bayi dalam posisi tegak selama 20-30 menit.
  • Perhatikan Pola Makan Ibu: Jika bayi menunjukkan tanda-tanda sensitivitas, coba kurangi konsumsi makanan seperti susu sapi, kafein, atau makanan pedas, dan konsultasikan dengan ahli gizi jika perlu.

Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun gumoh biasanya tidak berbahaya, ada situasi tertentu yang memerlukan perhatian medis. Segera konsultasikan dengan dokter anak jika bayi menunjukkan tanda-tanda berikut:

  • Gumoh disertai darah atau cairan berwarna hijau.
  • Bayi tampak kesakitan atau sangat rewel setelah gumoh.
  • Berat badan bayi tidak bertambah atau justru menurun.
  • Gumoh terjadi secara terus-menerus dan dalam jumlah besar.

Gumoh pada bayi adalah bagian normal dari perkembangan mereka, tetapi dengan perhatian dan penanganan yang tepat, ibu dapat membantu mengurangi frekuensinya. Dengan memahami penyebab dan menerapkan langkah-langkah sederhana di atas, proses menyusui bisa menjadi lebih nyaman bagi ibu dan bayi. Jika Anda memiliki kekhawatiran lebih lanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau konsultan laktasi untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik.