New Delhi, 5 Mei 2025
Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memanas setelah Pemerintah India secara resmi menangguhkan Perjanjian Air Indus (Indus Waters Treaty) pada 23 April 2025. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap serangan teroris di Pahalgam, Kashmir, yang menewaskan 26 orang, sebagian besar wisatawan Hindu.
Perjanjian Air Indus, yang ditandatangani pada tahun 1960 dengan mediasi Bank Dunia, mengatur pembagian aliran sungai antara India dan Pakistan. India memiliki kendali atas tiga sungai timur (Beas, Ravi, dan Sutlej), sementara Pakistan mengelola tiga sungai barat (Indus, Jhelum, dan Chenab).
Penangguhan perjanjian ini oleh India dianggap sebagai langkah drastis yang belum pernah terjadi sebelumnya, menandai ketegangan diplomatik yang serius antara kedua negara.
Setelah penangguhan perjanjian, India dilaporkan melepaskan air dari Bendungan Uri ke Sungai Jhelum tanpa pemberitahuan, menyebabkan banjir di wilayah Muzaffarabad, Pakistan. Selain itu, aliran air di Sungai Chenab mengalami penurunan signifikan, memicu kekhawatiran akan krisis air di Pakistan.
Pakistan mengecam tindakan India sebagai "agresi air" dan memperingatkan bahwa setiap upaya untuk mengalihkan aliran sungai akan dianggap sebagai tindakan permusuhan yang serius.
Ketegangan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan konflik berskala besar antara dua negara bersenjata nuklir. Kedua negara telah saling mengusir diplomat, menutup perbatasan, dan menghentikan layanan visa.
Para analis memperingatkan bahwa penggunaan air sebagai alat tekanan politik dapat memperburuk situasi dan mengancam stabilitas regional. Mereka juga menyoroti perlunya mediasi internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Langkah India untuk membatasi aliran air ke Pakistan menandai babak baru dalam ketegangan antara kedua negara. Dengan dampak langsung terhadap kehidupan jutaan orang di Pakistan, situasi ini memerlukan perhatian dan intervensi dari komunitas internasional untuk mencegah krisis kemanusiaan dan konflik berskala besar.