Di tengah eskalasi konflik Israel-Palestina, khususnya di Jalur Gaza, sejumlah negara Eropa Timur dan Tengah, seperti Republik Ceko, Hongaria, dan Polandia, tetap menunjukkan dukungan kuat terhadap Israel. Dukungan ini kontras dengan sikap beberapa negara Eropa Barat, seperti Spanyol, Norwegia, dan Irlandia, yang pada Mei 2024 mengakui Palestina sebagai negara untuk mendorong solusi dua negara. Apa yang mendorong negara-negara Eropa Timur dan Tengah untuk mempertahankan aliansi dengan Israel, meskipun dunia internasional semakin kritis terhadap aksi militer Israel? Berikut adalah analisis mendalam berdasarkan faktor sejarah, politik, dan strategis.
Salah satu alasan utama adalah hubungan sejarah yang kuat antara negara-negara Eropa Timur dan Tengah dengan Israel. Banyak dari negara-negara ini, seperti Republik Ceko dan Polandia, memiliki ikatan historis yang berakar dari masa pasca-Perang Dunia II, ketika komunitas Yahudi dari wilayah ini bermigrasi ke Israel untuk menghindari persekusi. Republik Ceko, misalnya, dikenal sebagai salah satu pemasok senjata utama bagi Israel selama perang kemerdekaan 1948, sebuah hubungan yang terus terjalin hingga kini. Selain itu, pengalaman negara-negara ini di bawah dominasi Soviet membuat mereka cenderung menentang ideologi yang dianggap anti-Barat, termasuk gerakan yang dianggap berafiliasi dengan Hamas, yang oleh banyak negara Eropa diklasifikasikan sebagai kelompok teroris.
Faktor politik dan strategis juga memainkan peran besar. Negara-negara seperti Hongaria dan Polandia, yang dipimpin oleh pemerintahan konservatif, melihat Israel sebagai sekutu strategis dalam menghadapi ancaman keamanan global, termasuk terorisme dan pengaruh Iran di Timur Tengah. Hongaria, di bawah Perdana Menteri Viktor Orban, kerap menyuarakan dukungan terhadap Israel sebagai bentuk solidaritas melawan apa yang mereka anggap sebagai ancaman ekstremisme. Selain itu, dukungan terhadap Israel sering dikaitkan dengan hubungan erat dengan Amerika Serikat, sekutu utama Israel. Negara-negara Eropa Timur dan Tengah, yang bergantung pada AS untuk keamanan NATO, melihat dukungan terhadap Israel sebagai cara untuk memperkuat aliansi transatlantik mereka.
Ekonomi dan teknologi menjadi pendorong lain. Israel, yang memiliki PDB sebesar US$522,03 miliar pada 2022, dikenal sebagai pusat inovasi teknologi global, dengan ekosistem startup yang kuat dan investasi besar di bidang riset dan pengembangan. Negara-negara seperti Republik Ceko dan Polandia menjalin kerja sama teknologi dan militer dengan Israel, termasuk pembelian sistem pertahanan seperti Iron Dome atau kerja sama di bidang siber. Menurut laporan, Israel menerima pendanaan riset dari negara-negara Eropa seperti Jerman dan Italia, yang juga menguntungkan negara-negara Eropa Timur melalui kolaborasi teknologi. Kerja sama ini menciptakan ketergantungan ekonomi yang memperkuat dukungan politik.
Namun, sikap pro-Israel ini tidak luput dari kritik. Banyak pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia, menuduh Israel melakukan pelanggaran HAM di Gaza, dengan lebih dari 45.000 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023 akibat operasi militer. Negara-negara Eropa Barat seperti Spanyol dan Norwegia, yang mendukung pengakuan Palestina, mengecam agresi Israel sebagai pelanggaran hukum internasional. Meski demikian, negara-negara Eropa Timur dan Tengah cenderung memprioritaskan narasi keamanan Israel, dengan alasan bahwa Hamas merupakan ancaman eksistensial. Pandangan ini diperkuat oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang, mendorong simpati terhadap Israel di kalangan negara-negara ini.
Kritik terhadap dukungan ini juga muncul dari dalam Eropa. Sejumlah analis, seperti Mihai Sebastian Chihaia dari European Policy Centre, menyoroti bahwa Uni Eropa gagal mencapai konsensus dalam menyikapi konflik Israel-Palestina karena perbedaan sikap antara Eropa Barat dan Eropa Timur. Sementara negara-negara seperti Irlandia menyerukan embargo terhadap Israel, negara-negara Eropa Timur tetap teguh pada posisi pro-Israel, sering kali mengabaikan seruan PBB untuk gencatan senjata. Hal ini mencerminkan polarisasi dalam politik Eropa, di mana kepentingan nasional dan aliansi strategis sering kali mengesampingkan isu kemanusiaan. Dengan konflik yang terus berlanjut, dukungan negara-negara Eropa Timur dan Tengah terhadap Israel kemungkinan akan tetap kuat, meskipun tekanan internasional terus meningkat untuk mencari solusi damai di Timur Tengah.